Functional Perspective on GroupDecision Making

CHAPTER 18 : Functional Perspective on GroupDecision Making

MATA KULIAH TEORI KOMUNIKASI
 


Hasil gambar untuk logo uai





Disusun Oleh:
1.     Yudhy Kreshwantoro             0802417084



Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Kelas KM17B

Universitas Al-Azhar Indonesia





PERSPEKTIF FUNGSIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKELOMPOK
      Teori perspektif fungsional digunakan dalam mengambil keputusan dalam sebuah kelompok. Sebuah hasil keputusan final itu terbentuk dari diskusi bersama dengan mempertimbangkan 4 point penting, yaitu 1. Analisis Masalah, 2.Penetapan Sasaran, 3. Identifikasi Alternatif, dan 4. Evaluasi Karakteristik Positif dan Negatif
      Contoh kasus yang saya gunakan adalah terdapat tim basket di sebuah SMA bernama Spartan. Spartan akan mengikuti sebuah turnamen tingkat daerah. Turnamen ini membutuhkan biaya pendaftaran yang tidak sedikit karena merupakan sebuah turnamen bergengsi yang diikuti berbagai SMA di pulau jawa dan hanya diadakan 1 tahun sekali. Dilain sisi tim Spartan juga sedang membutuhkan dana untuk memperbaiki fasilitas latihan. Sehingga tim Spartan mencari cara bagaimana dapat ikut turnamen dan bisa memperbaiki fasilitas.
      Terdapat 4 fungsi penting dalam memutuskan sebuah keputusan berkelompok, yaitu :
1.  Analisis Masalah
      Dalam menentukan sebuah keputusan sangat penting untuk memahami terlebih dahulu kemungkinan akan munculnya masalah. Setelah memahami kemungkinan masalah yang akan muncul selanjutnya mengetahui apa saja kebutuhan yang diperlukan apabila sebuah kelompok dikemudian waktu mengalami kendala. .
      Contohnya, dalam forum Spartan memperhitungkan bagaimana dana bisa cukup untuk turnamen dan renovasi, hingga akhirnya karena dana tidak cukup untuk memenuhi keduanya, Spartan harus memilih satu yang menjadi prioritas, sebab kurangnya dana yang dimiliki tim jika harus menjalankan keduanya.
2. Penetapan Sasaran
      Penting untuk paham terlebih dahulu sebuah tujuan yang akan dicapai kelompok sebelum mengambil keputusan. Jika kelompok sudah paham apa yang akan mereka tuju, barulah sebuah perencanaan keputusan bisa disusun.
      Contohnya, tim Spartan telah menentukan apa tujuannya. Tujuan mereka adalah dapat ikut turnamen daerah dan juga merenovasi fasilitas latihan. Akhirnya mereka menaikan tagihan kas agar dapat terkumpul dana untuk melakukan keduanya.
3. Identifikasi Alternatif
      Ketika kita sedang mengejar sebuah tujuan, penting untuk memikirkan sebuah jalan alternatif. Sebuah kelompok harus siap untuk mempersiapkan untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. Jalan alternatif harus dipikirkan apabila rencana yang kita susun tidak berjalan sesuai rencana atau terjadi gangguan. Jadi ketika sebuah rencana awal tidak berjalan dengan baik, sebuah kelompok sudah dapat mengatasinya dengan rencana alternatifnya
      Contohnya, sudah berjalan 2 minggu sejak kas dinaikan, terdapat beberapa anggota yang akhirnya terbebani karena dirasa tagihannya sangat besar, menghabiskan uang saku mereka. Setelah hal ini dipertimbangkan, akhirnya tim memutuskan apabila sampai tanggal turnamen dana belum terkumpul, maka harus pilih salah satu yang dilakukan ( ikut turnamen/renovasi ).
4. Evaluasi Karakteristik Positif dan Negatif
      Setelah mempersiapkan recana alternatif yang dipilih, anggota kelompok juga harus tetap memikirkan tentang positif dan negatif dari rencana tersebut. Contohnya, Spartan bisa memahami baik buruknya jika memang haus salah satu yang diikuti, untuk buruknya kalau ga turnamen harus menunggu 1 tahun lagi dan kalo ga renovasi gabisa latihan maksimal untuk turnamen.   
      Akhirnya karena sampai turnamen dimulai dana tidak cukup terkupul, Spartan memilih untuk merenovasi fasilitas, supaya giat berlatih dan siap untuk mengikuti turnamen di tahun selanjutnya.
PRIORITASI KEEMPAT FUNGSI
      Maksud dari prioritasis disini bukan bermaskud untuk memprioritaskan salah satu fungsi, karena semua fungsi tersebut sama-sama penting. Selama sebuah kelompok menjalankan semua fungsi tersebut, mereka akan mendapatkan hasil keputusan yang baik.
PERAN KOMUNIKASI DALAM MEMENUHI FUNGSI
      Sebagian besar pakar komunikasi percaya bahwa diskusi di antara para anggota sebenarnya tidak berpengaruh besar dengan kualitas keputusan kelompok. Hirokawa percaya bahwa komunikasi memainkan peran yang lebih aktif dalam menyusun kualitas keputusan. Hirokawa dan Gouran menuliskan tiga jenis dari bentuk komunikasi dalam pembuatan keputusan sebuah kelompok, yaitu:
1.    Promosi – interaksi yang memerlukan perhatian dari salah satu fungsi pembuatan keputusan yang bertujuan untuk mengajak.
2.    Memecah belah – interaksi yang mengurangi kemampuan sebuah kelompok untuk mencapai empat fungsi yang ada. Anggota kelompok menjadi tidak fokus, tujuan mereka sudah bergeser.
3.    Penetralan – interaksi yang memfokuskan kembali pada kelompok. Anggota kelompok balik lagi untuk fokus kepada tujuan mereka.
SARAN UNTUK MEREKA YANG MERASA MEREKA YANG PALING BENAR
      Hirokawa dan Gouran melaporkan bahwa kelompok sering meninggalkan jalur rasional karena upaya persuasif anggota yang yakin bahwa mereka sendiri memiliki jawaban yang benar. Mungkin akan ragu-ragu untuk melawan logika yang meragukan dari seorang pemimpin atau anggota kelompok yang berstatus tinggi, tetapi Hirokawa dan Gouran tidak mendukung kritik langsung. Sebaliknya, jika mereka ingin merekomendasikan sebuah strategi maka lakukan dengan hati-hati. Akan lebih baik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, menyerukan lebih banyak alternative.
REFLEKSI ETIKA: ETIKA DISKURSUS HABERMAS
      Etika diskursus Habermas membentuk tes diskursif untuk validitas klaim moral apa pun. Orang yang melakukan suatu tindakan harus siap untuk mendiskusikan apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya dalam sebuah forum terbuka. Proses deliberative ini adalah proses dua tahap dari justifikasi dan aplikasi. Pelaku harus mengungkapkan prinsip etika umum yang dia gunakan untuk membenarkan tindakan dan kemudian menunjukkan mengapa itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam situasi khusus tersebut.

      Dia yakin bahwa validitas konsensus etis hanya dapat dicapai jika tiga persyaratan dipenuhi:

1. Persyaratan untuk akses. Semua peserta dapat berpendapat tanpa berprasangka..

2. Persyaratan untuk argumen. semua peserta diaharapkan untuk bertukan pikiran untuk mencari tahu apakah sebuah tindakan menghasilkan hasil yang baik.

3. Persyaratan untuk justifikasi. Setiap orang berkomitmen pada standar universalisasi. 

Komentar

  1. Halo Yudhy, udah cukup rapi tapi tolong diperingkas lagi deh review mu ini. Masih terlalu panjang dan bahasanya masih kaku. Dibuat yang ringkas, dengan bahasamu sendiri. Plus, contoh tolong dibuat lebih detail jadi kelihatan 4 fungsi yg disebutkan dalam teori ini. Revisinya sudah jadi di hari Senin 16/04 ya.

    BalasHapus
  2. Sudah diringkas belum ya ini? Sepertinya masih panjang.

    NIlai: 75

    P.S: Yudhy, tampilan blogmu terlalu menyilaukan mata dan pucat sekali warnanya. Bisa tolong diubah jadi lebih eyes-friendly please?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Critical Theory of Communication in Organizations of Stanley Deetz

TEORI SUDUT PANDANG by Sandra Harding & Julia T. Wood

Dramatisme oleh Kenneth Burke